Selera
seni lebih menjurus kepada temperamen seseorang, baik seniman maupun penikmat
seni. Temperamen
ini tentu saja bukan ditentukan oleh pendidikan dan pengetahuan, tetapi oleh
pengalaman hidup dan bakat bawaan. Seseorang yang memiliki pengalaman tertentu
dalam hidupnya akan memiliki sikap tertentu pula dalam menghadapi kehidupannya,
begitu juga bakat bawaan seseorang. Inilah yang membentuknya bertemperamen
tertentu, temperamen inilah yang menentukan adanya selera seni.
Orang
yang berselera seni baik dan tinggi dapat menghargai nilai-nilai seni yang tak
berkenan dengan seleranya sendiri, karena ia seorang relatifis yang punya
pengetahuan tinggi terhadap seni. Mereka yang berpengetahuan tinggi dalam seni
dapat menguraikan secara rasional mengapa sebuah karya seni bersifat demikian dan
yang lain bersifat begitu. Dalam hal ini berlaku hukum “selera tidak dapat
diperdebatkan”. Karena
masing-masing kita, baik seniman maupun penanggap seni memang memiliki selera
yang berbeda-beda. Perbedaan
temperamen tidak mengurangi seseorang untuk meningkatkan pengetahuan seninya
sehingga mampu mengapresiasi berbagai seni lain (Jakob Sumardjo, 2000:177-180).
Back To Home