• About
  • Pasang Iklan
  • Sitemap

Q2Art Complete

  • HOME
  • TUTORIAL
  • DOWNLOAD
  • SOCIAL MEDIA
  • CONTACT
    • Facebook
    • Google +
    • Twitter
  • NEWS
    • Sport
    • Art
    • Politic
Home » Uncategories » Psikologi Dalam Seni Rupa

Psikologi Dalam Seni Rupa

Unknown
Add Comment
Apr 20, 2016

Hasil gambar untuk psikologi dalam seni rupa

Psikologi dalam seni rupa
Seni rupa mempunyai karakteristik tertentu yaitu dalam bidang seni rupa minsalka di seni lukis dan seni patung itu kebanyakan berpatokan pada teori baret. dalam karya seni lukis ataupun patung  seorang seniaman lah yang akan terkenal karna karyanya, minsalkan dalam membuat patung besar tidak mungkin satu orang yang mengerjakannya namun pasti ada bantuan dari orang lain, namun yang terkenal dalam pembuatan patung tersebut adalah seniman yang mempunyai ide dari karya tersebuat. beda halnya dengan senu musik, seni tari, dan sebagainya masih bisa meniru karya orang lain untuk menjadi miliknya dengan haya di modipikasi sedikit. tapi lain hahnya dengan karya seni rupa meniru karya orang lain itu tidak di perbolehkan. hal ini disebabkan karna teori-teori orang baret yang banyak diterapkan sampai sekarang oleh para perupa. 
Seni Rupa adalah suatu konsep atau salah satu cabang seni yang berdiri atas unsur-unsur pupa yaitu titik, garis, bidang, volume, ruang, bentuk, warna. Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri.
Pendidikan pada sekolah seni sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia. Kita mengambil contoh sosiologi yang mempelajari kehidupan manusia dalam berbagai satuan kelompok kecil seperti urutan dalam satuan keluarga, unit-unit pekerjaan, organisasi, kelompok profesi, kelompok-kelompok kemasyarakatan dan lain-lain.
Antropologi mempelajari kehidupan manusia dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan terikat oleh suatu ikatan yang lebih bersifat permanen, turun-temurun seperti ras, suku bangsa, kebudayaan dan lain-laian. Sejarah mempelajari kehidupan manusia dalam urutan waktu dan peristiwa yang dialaminya. Fisiologi yang lebih menekankan pada aspek fisik atau jasmani manusia, seperti struktur tubuh, bagian-bagian dari tubuh serta fungsi dan cara kerja dari masing-masing aspek tersebut. Terlepas dari semua keinginan manusia yang selalu ingin tahu dunia luar diluar dirinya. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk mempelajari dirinya sendiri, sehingga muncul suatu ilmu yang mempelajari diri sendiri manusia, atau dengan kata lain manusia ingin mengetahui keadaan manusia sendiri, manusia menjadi objek studi dari manusia. Hal ini yang memunculkan ilmu pengetahuan baru yang disebut psikologi, yang lebih menekankan kepada aspek pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karekateristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.
Individu yang dimaksud adalah individu manusia, namun bukan manusia pada umumnya, melainkan manusia yang memiliki keunikan dan karakteristik tertentu yang bersifat spesifik. Hal ini yang membedakan psikologi dengan cabang-cabang ilmu lain yang sama-sama mengkaji tentang manusia. Adapun pendidikan, merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang lebih menekankan kepada mendidik, membimbing dan mengarahkan manusia menuju arah yang lebih baik, secara jasmani maupun rohani.
 Sehingga antara pendidikan dan psikologi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena keduanya saling mendukung dan saling melengkapi. Untuk mewujudkan manusia yang bertingkah laku atau berperilaku lebih baik, maka manusia itu harus dididik dalam suatu proses pendidikan. Pendidikan sendiri tidak akan berjalan secara optimal, efektif dan efisien apabila mengesampingkan faktor psikologis manusia.

Dalam proses pendidikan manusia memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama lain. Hal ini membutuhkan pengelolaan yang berbeda. Bagitu pun apabila ditinjau dari sudut perkembangan, pertumbuhan, jenis kelamin manusia tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan tidak akan sama. Oleh karena itu, penting bagi pendidik maupun calon pendidik untuk menguasai ilmu pengetahuan psikologi, agar dalam proses pendidikannya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada peserta didiknya.
Adapun dalam kajian ini berupaya untuk mengeksplorasi sumbangan atau kontribusi psikologi dalam pendidikan. Apa sumbangan atau kontribusi yang diberikan psikologi dalam pendidikan? Apakah tujuan pendidikan akan tercapai apabila mengesampingkan aspek psikologis ini? Prolematika tersebut muncul karena dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari dukungan cabang ilmu psikologi ini.
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.


Interaksi individu dengan lingkungannya yang cukup kompleks akan memunculkan baragam jenis pengalaman yang berbeda-beda, yang pada gilirannya akan mengubah intensitas nilai terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Pengalaman juga berdampak pada karya seni yang dicibtakan seperti ide pencibtaan karya pada kriya kayu.
Pemaknaan psikologi pendidikan tersebut, pada kenyataanya mengalami perkembangan yang lebih mengerucut kepada psikologi yang berhubungan dengan proses belajar, sebagaimana diungkap oleh beberapa ahli. Crow and Crow, berpendapat bahwa: Educational psychologi describes and explains the learning experiences of an individual from birth through old age.
Its subject matter and concerned with the conditions that affect learning.
“Psikologi pendidikan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dialami individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut, terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar” Sementara itu, Witherington, berpendapat bahwa: A systematic study of the process and factors involved in the education of human being is called educational psychology “Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia” Adapun dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi pendidikan merupakan studi yang secara sistematis berkaitan dengan proses pendidikan yang dialami oleh individu manusia, khususnya belajar mulai dari sejak lahir sampai berusia lanjut. Hal ini senada diungkapkan oleh sebuah hadits Nabi yang berarti “carilah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat”.



Ruang Lingkup Psikologi dalam pendidikan pada pembahasan sebagaimana tersebut di atas, bahwa mengkaji manusia dalam sudut padang psikologi cukup beragam, yang akan memuncul ilmu psikologi baru seperti psikologi keluarga, psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi pria dan wanita serta lain sebagainya. Psikologi pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu, meliputi tingkah laku belajar (oleh peserta didik), tingkah laku mengajar (oleh pendidik) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi).
Inti permasalahan psikologis dalam psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi pendidik, terletak pada peserta didik. Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu, juga berbagai aspek psikologis para peserta didik khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses belajar mengajar.
Oleh karena itu secara garis besar, banyak membatasi pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam:
a. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
b. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagainya.
c. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana dikutip oleh Suryabarata, menetapkan 16 topik yang dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu:
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology).
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4. Perkembangan siswa (growth).
5. Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning).
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measurement: basic principles and definitions).
10. Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters).
11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).
12. Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13. Kesehatan rohani (mental hygiene).
14. Pendidikan membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (pscychology of elementary school subjects).
Namun dari keenam belas bahasan tersebut di atas, konon telah dikupas oleh hampir semua ahli yang diselidiki Smith, walaupun porsi (jumlah bagian) yang diberikan dalam pengupasan tersebut tidak sama.

Keahlian atau validitas dapat digugurkan berdasarkan atas pengalaman sehari-hari. Suatu gejala yang sudah lazim terdapat pada pengalaman tiap orang menunjukkan bahwa sarjana baik laki-laki maupun wanita, betapapun kompetennya, namun belumlah tentu dapat menjamin dia mampu menyampaikan pengetahuannya kepada para peserta didik dengan baik.

Back To Home
Tweet

0 Response to "Psikologi Dalam Seni Rupa"

← Newer Post Older Post → Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Post Populer

  • Seni Kriya Kulit
                    Pengertian Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang ...
  • Pengelaman Artistik
    Pengalaman estetik dapat di gunakan untuk kegiatan produksi seni atau penciptaan seni. Pengalaman estetik bila dilakukan sebagai dasar...
  • Psikologi Dalam Seni Rupa
    Psikologi dalam seni rupa Seni rupa mempunyai karakteristik tertentu yaitu dalam bidang seni rupa minsalka di seni lukis dan seni pat...
  • Hubungan Seni dan Manusia
    Manusia di nugerahi akal dan budi, hal ini membuat manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Manusia merupakan jenis mahluk lema...
  • Pengalaman Seni Intrinsik-ekstrinsik
    Sebuah pengalaman seni semakin murni apabila pengalaman itu semata-mata estetik, artinya sebuah karya seni dialami bukan demi apapun di l...

Komentar Terbaru

Blog Archive

Pengikut

About Me

Unknown
View my complete profile
Copyright 2016 Q2Art Complete - All Rights Reserved Design by Q2art - Modified by Q2art