Psikologi
dalam seni rupa
Seni rupa
mempunyai karakteristik tertentu yaitu dalam bidang seni rupa minsalka di seni
lukis dan seni patung itu kebanyakan berpatokan pada teori baret. dalam karya
seni lukis ataupun patung seorang seniaman lah yang akan terkenal karna
karyanya, minsalkan dalam membuat patung besar tidak mungkin satu orang yang
mengerjakannya namun pasti ada bantuan dari orang lain, namun yang terkenal
dalam pembuatan patung tersebut adalah seniman yang mempunyai ide dari karya
tersebuat. beda halnya dengan senu musik, seni tari, dan sebagainya masih bisa
meniru karya orang lain untuk menjadi miliknya dengan haya di modipikasi
sedikit. tapi lain hahnya dengan karya seni rupa meniru karya orang lain itu
tidak di perbolehkan. hal ini disebabkan karna teori-teori orang baret yang
banyak diterapkan sampai sekarang oleh para perupa.
Seni
Rupa adalah suatu konsep atau salah satu cabang seni yang berdiri atas
unsur-unsur pupa yaitu titik, garis, bidang, volume, ruang, bentuk, warna.
Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun
dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut
bukan sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak bermakna, akan
tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni rupa
tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya,
tetapi dari sifat struktur itu sendiri.
Pendidikan
pada sekolah seni sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan
mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan
erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak
ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia. Kita
mengambil contoh sosiologi yang mempelajari kehidupan manusia dalam berbagai
satuan kelompok kecil seperti urutan dalam satuan keluarga, unit-unit
pekerjaan, organisasi, kelompok profesi, kelompok-kelompok kemasyarakatan dan
lain-lain.
Antropologi
mempelajari kehidupan manusia dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan
terikat oleh suatu ikatan yang lebih bersifat permanen, turun-temurun seperti
ras, suku bangsa, kebudayaan dan lain-laian. Sejarah mempelajari kehidupan
manusia dalam urutan waktu dan peristiwa yang dialaminya. Fisiologi yang lebih
menekankan pada aspek fisik atau jasmani manusia, seperti struktur tubuh,
bagian-bagian dari tubuh serta fungsi dan cara kerja dari masing-masing aspek
tersebut. Terlepas dari semua keinginan manusia yang selalu ingin tahu dunia
luar diluar dirinya. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk mempelajari
dirinya sendiri, sehingga muncul suatu ilmu yang mempelajari diri sendiri
manusia, atau dengan kata lain manusia ingin mengetahui keadaan manusia
sendiri, manusia menjadi objek studi dari manusia. Hal ini yang memunculkan
ilmu pengetahuan baru yang disebut psikologi, yang lebih menekankan kepada
aspek pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karekateristik dan perilaku
manusia, khususnya manusia sebagai individu.
Individu yang
dimaksud adalah individu manusia, namun bukan manusia pada umumnya, melainkan
manusia yang memiliki keunikan dan karakteristik tertentu yang bersifat
spesifik. Hal ini yang membedakan psikologi dengan cabang-cabang ilmu lain yang
sama-sama mengkaji tentang manusia. Adapun pendidikan, merupakan salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang lebih menekankan kepada mendidik, membimbing dan
mengarahkan manusia menuju arah yang lebih baik, secara jasmani maupun rohani.
Sehingga antara pendidikan dan psikologi tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Karena keduanya saling mendukung dan saling
melengkapi. Untuk mewujudkan manusia yang bertingkah laku atau berperilaku
lebih baik, maka manusia itu harus dididik dalam suatu proses pendidikan.
Pendidikan sendiri tidak akan berjalan secara optimal, efektif dan efisien
apabila mengesampingkan faktor psikologis manusia.
Dalam proses
pendidikan manusia memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama
lain. Hal ini membutuhkan pengelolaan yang berbeda. Bagitu pun apabila ditinjau
dari sudut perkembangan, pertumbuhan, jenis kelamin manusia tersebut
menunjukkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan tidak akan sama. Oleh karena
itu, penting bagi pendidik maupun calon pendidik untuk menguasai ilmu
pengetahuan psikologi, agar dalam proses pendidikannya mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada peserta didiknya.
Adapun dalam kajian ini berupaya untuk mengeksplorasi sumbangan atau kontribusi
psikologi dalam pendidikan. Apa sumbangan atau kontribusi yang diberikan
psikologi dalam pendidikan? Apakah tujuan pendidikan akan tercapai apabila
mengesampingkan aspek psikologis ini? Prolematika tersebut muncul karena dalam
pendidikan tidak bisa dilepaskan dari dukungan cabang ilmu psikologi ini.
Secara
etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas
hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah
psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika
kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka
tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak
dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan
dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji
adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Interaksi
individu dengan lingkungannya yang cukup kompleks akan memunculkan baragam
jenis pengalaman yang berbeda-beda, yang pada gilirannya akan mengubah
intensitas nilai terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Pengalaman juga
berdampak pada karya seni yang dicibtakan seperti ide pencibtaan karya pada
kriya kayu.
Pemaknaan
psikologi pendidikan tersebut, pada kenyataanya mengalami perkembangan yang
lebih mengerucut kepada psikologi yang berhubungan dengan proses belajar,
sebagaimana diungkap oleh beberapa ahli. Crow and Crow, berpendapat bahwa: Educational
psychologi describes and explains the learning experiences of an individual
from birth through old age.
Its subject
matter and concerned with the conditions that affect learning.
“Psikologi pendidikan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dialami
individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut, terutama yang menyangkut
kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar” Sementara itu, Witherington,
berpendapat bahwa: A systematic study of the process and factors involved in
the education of human being is called educational psychology “Psikologi
pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
terdapat dalam pendidikan manusia” Adapun dari kedua pendapat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa psikologi pendidikan merupakan studi yang secara
sistematis berkaitan dengan proses pendidikan yang dialami oleh individu
manusia, khususnya belajar mulai dari sejak lahir sampai berusia lanjut. Hal
ini senada diungkapkan oleh sebuah hadits Nabi yang berarti “carilah ilmu mulai
dari buaian sampai liang lahat”.
Ruang Lingkup
Psikologi dalam pendidikan pada pembahasan sebagaimana tersebut di atas, bahwa
mengkaji manusia dalam sudut padang psikologi cukup beragam, yang akan memuncul
ilmu psikologi baru seperti psikologi keluarga, psikologi pendidikan, psikologi
sosial, psikologi pria dan wanita serta lain sebagainya. Psikologi pendidikan
sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan
membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan
itu, meliputi tingkah laku belajar (oleh peserta didik), tingkah laku mengajar
(oleh pendidik) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh pendidik dan peserta didik
yang saling berinteraksi).
Inti
permasalahan psikologis dalam psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan
psikologi pendidik, terletak pada peserta didik. Pendidikan pada hakikatnya
adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Karena itu,
ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi
pendidikan sebagai suatu ilmu, juga berbagai aspek psikologis para peserta
didik khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses belajar
mengajar.
Oleh karena
itu secara garis besar, banyak membatasi pokok bahasan psikologi pendidikan
menjadi tiga macam:
a. Mengenai
belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas
perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
b. Mengenai
proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam
kegiatan belajar peserta didik dan sebagainya.
c. Mengenai
situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik
maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara
itu, Samuel Smith sebagaimana dikutip oleh Suryabarata, menetapkan 16 topik
yang dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu:
1.
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology).
2. Hereditas
atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3. Lingkungan
yang bersifat fisik (physical structure).
4.
Perkembangan siswa (growth).
5.
Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6. Hakikat
dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning).
8.
Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9.
Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi
(measurement: basic principles and definitions).
10. Transfer
belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters).
11.
Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of
measurement).
12. Ilmu
statistik dasar (element of statistics).
13. Kesehatan
rohani (mental hygiene).
14.
Pendidikan membentuk watak (character education).
15.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of
secondary school subjects).
16.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (pscychology of
elementary school subjects).
Namun dari
keenam belas bahasan tersebut di atas, konon telah dikupas oleh hampir semua
ahli yang diselidiki Smith, walaupun porsi (jumlah bagian) yang diberikan dalam
pengupasan tersebut tidak sama.
Keahlian atau
validitas dapat digugurkan berdasarkan atas pengalaman sehari-hari. Suatu
gejala yang sudah lazim terdapat pada pengalaman tiap orang menunjukkan bahwa
sarjana baik laki-laki maupun wanita, betapapun kompetennya, namun belumlah
tentu dapat menjamin dia mampu menyampaikan pengetahuannya kepada para peserta
didik dengan baik.
Back To Home