Pengalaman
seni dapat berbeda terhadap penghayatan sebuah karya seni yang sama, karena semua
orang memiliki kepentingan pribadi yang berbeda-beda. Kepentingan pribadi
yang berbeda-beda ini disebabkan oleh kebutuhan hidup dan pemaknaan hidup yang
berbeda-beda pula. Ada
yang amat menaruh perhatian pada gejala social, ada yang tertarik pada masalah
kejiwaan individu, ada yang amat relegius, dan ada yang hanya tertarik
pada soal-soal ekonomi, bahasa, kebahagiaan orang lain, persahabatan dan lain
sebagainya. Kepentingan yang berbeda-beda ini akan menghargai hal-hal secara
berbeda pula.
Kepentigan
pribadi yang berbeda-beda semacam itu mengakibatkan penikmat seni juga mencari
sendiri nilai-nilai pribadinya pada sebuah karya seni. Maka, terjadilah fokus
perhatian yang berbeda-beda pula dalam pengalaman seni. Inilah sebabnya
komentar para kritikus seni dapat amat berbeda dalam menilai sebuah karya seni. Perbedaan ini bukan
karena selera seninya yang berbeda, tetapi karena fokus perhatiannya amat
berbeda dalam mencari nilai dalam sebuah karya seni.
Nilai
seni berada dalam batin seseorang yang ketika menemukan nilai-nilai itu dalam
sebuah benda akan merasa senang, puas, bahagia, sempurna, penuh, bersih. Karena
nilai itu subjektif, maka kepentingan pribadi amat berperan dalam pengalaman
seninya. Benda
seni sendiri tidak ikut berperan kecuali menyediakan diri sebagai rangsangan
terhadap dunia batin seseorang.
Penilaian
seseorang terhadap sebuah karya seni sebenarnya menggambarkan kekayaan atau
kemiskinan sistem penilaian penikmat seni. Apakah dia seorang
penikmat seni yang luas wawasannya, terbatas wawasannya, kuat religiositasnya,
peka terhadap struktur bentuk estetikanya, atau miskin pengalaman seninya. Kebebasan penikmat
dalam menilai sebuah karya seni bukan berarti semena-mena, sebab semua harus
dipertanggungjawabkan sesuai fakta keberadaan karya itu sendiri. Penjelasan pengalaman
tanpa fakta adalah penipuan diri. Seni
memang subjektif, tetapi penjelasannya harus objektif, sesuai dengan fakta
karya itu sendiri (Jakob Sumardjo, 2000:181-184).
Back To Home