PACU JALUR
Di
daerah Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Istilah lain untuk
menggambarkan sebuah desa di sebut dengan Nagori.
Dalam sebuah Nagori terdapat
unsur-unsur lapisan masyarakat yang sangat berperan dalam menentukan besar,
kecil, maju, serta tertinggalnya suatu desa, seperti organisasi pemerintahan
desa itu sendiri dan juga unsur-unsur lapisan masyarakat. Organisasi
pemerintahan hanya berperan dalam menjalankan tugas-tugas yang telah tertulis
dari pemerintahan pusat, namun tanpa adanya kerjasama antar unsur lapisan
masyarkat sebuah desa tidak akan berjalan baik. Serupa halnya dengan wilayah
Sumatera Barat, majunya sebuah desa di Taluak Kuantan tidak terlepas dari unsur
masyarakatnya seperti kehadiran Niniak Mamak hingga kepada desanya.
Gambaran
kerjasama antara organisasi pemerintahan desa dan golongan masyarakat bisa
diumpamakan dengan tradisi pacu jalur yang menjadi salah satu ciri khas
kebudayaannya. Dalam tradisi tersebut terdapat perlombaan jalur yang
masing-masing diikuti oleh masing-masing Jorongnya. Dalam satu jalur dapat
dimainkan oleh 40-70 orang, yang mana masing-masing orang memiliki tugas dan
peran yang saling bekerjasama untuk menentukan sampan yang apakah berhasil
sampai di garis finish atau sebaliknya.
Persamaan
antara desa dan budaya pacu jalur yang pertama terlihat dari awak jalur paling
depan yaitu Tukang Tari. Tukang tari
(penari) dalam sebuah jalur merupakan seorang yang berperan dalam memancing
semangat para pengayuh. Posisi ini biasnya ditempati oleh anak-anak dengan
berdiri paling depan tanpa merasa takut. Persamaan dan perumpamaan tukang tari
bisa terlihat dari peran dan fungsi pemuda-pemudi dalam suatu Nagori. Pemuda-pemudi dalam nagari
merupakan sosok generasi muda yang nantinya akan meneruskan dan memperjuangkan
daerahnya.
Yang
kedua adalah tukang iriak kayuah
(pengatur dayung) dalam jalur. Posisi ini biasanya dilakukan oleh 4 orang.
Dalam sebuah jalur orang-orang ini merupakan acuan bagi para pengayuh lainnnya
dalam bertindak dan dalam menyamakan dayung. Ketika masing-masing tukang iriak
kayuah tidak kompak dan salah dalam mendayung, maka bisa dipastikan jalur yang
mereka bawa tidak akan sampai di garis finish. Karena posisi mereka sangat
menentukan dari kekompakan para pendayung yang berada di belakangnya. Begitu
juga dengan desa, tukang iriak kayu diiumpamakan
dengan Niniak Mamak dalam suatu Nagori.
Niniak
mamak merupakan orang-orang sangat berperan dalam menentukan bagaimana
nagorinya, hal ini lebih terkait dari tatanan adat dan tradisi yang ada di
wilayah Taluak Kuantan Singingi. Niniak mamak dalam sebuah Nagori di Taluak
Kuantan merupakan contoh, teladan, tempat bertanya, berilindung dan mengadu
bagi masyarakat, pesukuan, keluarga, anak, kemenakan, serta cucunya. Ketika
Niniak mamak tidak menjalankan fungsinya, maka bisa dipastikan adat, tradisi,
kebudayaan dan moral yang selama ini mereka junjung akan hilang ditengah-tengah
perkembangan dan pergaulan generasi muda yang semakin hari semakin memburuk.
Ketika pergaulan dan kondisi pemuda-pemuda tidak baik, maka suatu nagori akan
hancur. Karena pemuda-pemudi merupakan generasi penerus yang akan menentukan
keadaanya nagori bahkan negaranya. Selain itu di dalam kanagorian Niniak mamak juga berperan penting dalam mengarahkan,
memberi nasehat dan dalam mengambil suatu keputusan terhadap kegiatan atau
pelaksanaan yang akan berlangsung .
Dibelakang
tukang iriak kayuah terdapat beberapa orang tukang kayuah (pendayung). Di lingkungan masyarakat Nagori, tukang
kayuah diibaratkan sebagai masyarakat umum. Masyarakat akan melaksanakan,
menjalankan dan mengikuti apa yang menjadi ketetapan niniak mamak bersama
organisasi pemerintahan desa. Masyarakat juga menjadi unsur yang akan
menentukan nasib suatu nagori, jika pemimpinnya bertindak semestinya pemimpin
maka masyarakat akan menjadi penentu kemajuan nagorinya.
Ditengah-tengahnya
pendayung seorang tukang timbo ruang
(penyorak sekaligus mengeluarkan air dalam Jalur).
Mereka merupakan simbol Kepala Desa yang berperan untuk melayani sekaligus
penggerak masyarakat untuk selalu giat bekerja. Selain itu Kepala desa juga
bertanggungjawab bagaimana agar jalurnya (nagorinya) tidak terbenam, Kepala
desa yang benar akan mencegah dan melakukan yang terbaik untuk masyarakatnya
dan demi kemajuan nagorinya.
Pada
bagian belakang tukang timbo ruang terdapat
tukang kayuah lagi yang merupakan
simbol masyarakat umum.Dibelakangnya terdapat 4 orang tukang painggang (kemudi) yang merupakan orang yang mengarahkan Jalur agar tetap lurus dan tidak
berbelok kearah lawan.Mereka diibaratkan sebagai Dewan Perwakilan Desa, yang
bekerja sebagai pengawas dan yang menentukan arah kebijakan desa. Dan yang
paling belakang disebut tukang onjai
(penggerak) dengan posisi berdiri, berfungsi sebagai pengawas seluruh
pendayung, ini diibaratkan sebagai Datuak
bisai, kepala suku tertinggi yang merupakan pengawas terhadap seluruh
negeri yang ada dibawah kekuasaannya. Awak atau pendayung Pacu Jalur berkisar antara
40 – 80 orang.
Back To Home