.1. Teknik Tempa Pada Gamelan Perunggu
Teknik tempa dengan pemanasan pada material
gamelan dari perunggu dilakukan untuk membentuk material berupa lakaran menjadi
bilah atau pencon. Lakaran yang dihasilkan dari proses pencetakan terdiri dari
dua bentuk, yaitu persegi panjang untuk diproses menjadi instrumen berbentuk
bilah dan berbentuk bulat diproses menjadi instrumen berbentuk pencon.
Penempaan pada kedua jenis lakaran dilakukan
dengan batas temperatur tempa yang disebut egean mealt. Bila temperatur
melebihi batas maka perunggumenjadi sangat lunak, sehingga tempaan yang
dilakukan akan meninggalkan bekas berupa ceruk atau cekungan yang terlalu
dalam. Resiko yang paling fatal dapat terjadi bila tempaan menghasilkan wadur
(lubang), sehingga perlu proses tambahan untuk menutup lubang tersebut. Bila
temperatur material tersebut dibawah batas temperatur tempa, maka akan beresiko
lebih paah, yaitu retak atau pecah. Keretakan kecil masih dapat diselamatkan
dengan cara menutup bagian tersebut menggunakan las, tetapi bila retakan
terlalu panjang maka material tersebut harus diproses ulang dengan cara dilebur
dan dicetak kembali menjadi lakar.
Proses penempaan dilakukan oleh panji sepuh
sebagai penanggung jawab dibantu minimal dua pembantu untuk pengerjaan material
yang kecil (gender barung, gender penerus, demung, saron ricik, dan peking) dan
maksimal sebelas orang untuk pengerjaan gong ageng. Proses tersebut dilakukan
secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk serta ukuran yang telah
ditentukan.
Hingga saat ini, pelaksana pada proses
pembuatan gamelan yang terdiri dari seorang panji sepuh (pemimpin di dalam
besalen) beserta para pekerja yang membantunya mengukur batas temperatur tempa
hanya dengan pengamatan secara visual. Kemampuan ini diperoleh berdasarkan
pengalaman selama bertahun-tahun.
Mikrostruktur pada logam perunggu yang
dibentuk dengan proses pemempaan menujukan bentuk yang berbeda bila di bandingkan
dengsn perunggu cetak.
2 . Teknik Tempa Pada Gamelan Pamor
Gamelan pamor memerlukan teknologi pemanasan
pada proses pembuatan bakalan dan pembentukan material. Pembuatan bakalan
dilakukan dengan menyatukan material berupa besi, baja dan pamor. Penyatuan
ketiga material ditempuh dengan 3 metode, yaitu memanaskan, menempa dab
melipat-lipat ketiga elemen tersebut hingga mendapatkan tingkat kepadatan,
kekerasan dan kohesitas yang ditentukan.
3 .Teknik Tempa Pada Bilah Saron Dari
Baja
Besi baja menjadi bahan pilihan untuk
pembuatan bilah pada instrumen demung, saron ricik dan peking. Menurut pendapat
beberapa pengrajin gamelan barut, bahwa baja mempunyai beberapa keistimewaan
dibandingkan dengan logam besi biasa. Pertama, baja mempunyai tingkat kekerasan
dan kepadatan yang lebih tinggi, sehingga secara fisik tidak mudah rusak karena
patah atau berubah bentuk yang di akibatkan dari efek pukulan dari tabuh
(mallet) yang terbuat dari kayu. Kedua, ketahanan terhadap tempaan pada saat
dimainkan dengan tabuh dari kayu yang keras dan bobot yang berat sekalipun
menjadi jaminan pada larasannya untuk tidak mudah berubah. Ketiga, lebih tahan
terhadap proses korosi, sehingga materialnya lebih awet dan perawatannya lebih
mudah dari pada besi biasa.
Material baja biasanya menggunakan pegas
(spring) berbentuk pelat dari kendaraan seperti becak, andong, mobil, bus atau
truk. Bahan baku untuk bilah demung biasanya menggunakan pegas dari mobil, bus,
truk, sedangkan saron ricik dan peking menggunakan material yang lebih tipis,
misalnya pegas mobil, andong atau becak. Material gamelan dari baja mempunyai
tingkat kekerasan yang lebih tinggi daripada besi biasa. Pegas dari kendaraan
mobil, bus atau truk diciptakan dengan peritungan mampu menahan beban hingga
beberapa ton.
Keistimewaan pada tingkat kekerasannya
memerlukan proses dan perlakuan yang berbeda pula bila dibandingkan dengan besi
biasa. Metode pemanasan pada pembuatan gamelan dari baja merupakan solusi untuk
memperlunak material tersebut. Tanpa metode pemanasan maka sifat-sifat yang
terdapat dalam pegas tersebut menjadi kendala yang sangat berat bagi
pembuatnya. Sifatnya yang keras dan lentur mampu menahan beban yanng sangat
berat, sedangkan kemampuan tempa para pekerja hanya sampai beberapa kilo saja.
Tahapan yang diterapkan pada proses untuk
membuat material berwujud bakalan bilah demung, saron ricik dan peking,
mempunyai kesamaan pada tahapannya dengan proses pembentukan pada lakaran
perunggu. Bakalan berupa potongan besi berbentuk persegi panjang kemudian di
olah dengan metode pemanasan dan penempaan hingga medapatkan bentuk yang telah
ditentukan. Sama halnya dengan pengerjaan pada material perunggu, baja juga
mempunyai batas temperatur tempa, sehingga akan berakibat fatal bila melampaui
batas egeant mealt. Kesalahan pada perhitungan batas temperatur tempa dapat
menghasilkan bentuk tempaan yang tidak rata atau mengakibatkan bakalan bilah
menjadi retak atau pecah. Material yang mengalami kegagalan pada proses
pembentukannya tidak dilakukan pengerjaan lebih lanjut. Langkah yang biasa
ditempuh pengrajin gamelan adalah dengan menggantikannya dengan bakalan yang
lain dan memulai proses dari awal. (Posting by Mulyono)
Back To Home